W. MITCHEL ‘’Kulakukan Apa Yang Masih
Dapat Aku Lakukan, Bukan Menyesali Keadaan”
Hidup bahagia, harta berlimpah, karir cemerlang dan nyaman
pastinya adalah harapan dan doa setiap ingin kita miliki. Namun, bagaimana jika
yang terjadi adalah sebaliknya. Bagaimana jika kita memiliki harta yang
berlimpah, karir yang cemerlang dan mendapatkan banyak kenyamanan tetapi tidak
aman dari bahaya, tidak aman dari kejadian-kejadian yang akan membuat akan
keadaan kita menjadi sesak, sukacita kiat hilang dan masa depanterlihat suram.
Bagaimana seandainya jika saat karir kita sudah mencapai pencapaian yang luar
biasa, tiba-tiba kita harus menerima kenyataan yang pahit. Sebuah kecelakaan
yang tak terhindar menimpa diri kita. Bukan satu kali tetapi peristiwa itu
terulang untuk kali yang kedua dan selalu pada saat kita sudah berhasil
mencapai sesuatu yang luar biasa dalam hidup kita.
Lalu, dapatkah anda membayangkan diri sendiri dari seorang
yang hancur menjadi seorang milyuner, pembicara yang disegani, pengantin baru
yang berbahagia sekaligus penguasaha yang sukses? Dapatkah anda melihat diri
anda sendiri memiliki pesawat pribadi? Mencalonkan diri untuk jabatan politik?
W. Mitchell telah menjalani semua hal tersebut dan lebih
banyak hal lagi setelah mengalami dua kecelakaan buruk yang membuat wajahnya
tak lebih dari tambalan cangkokan kulit, kedua tangannya kehilangan
jari-jarinya, kedua belah kakinya menjadi kecil dan untuk seumur hidupnya dia
harus bergantung pada kursi roda.
Hari itu pada tanggal 19 Juni 1971, W. Mitchel memulai
harinya dalam suasana hati yang gembira. Ia berkendara menaiki sepeda motor barunya
menuju ketempat ia bekerja di San Fransisco. Usianya 28 tahun, tampan, sehat
dan disukai banyak orang.
Pada persimpangan Twnty-sixth dengan South Van Nees, ketika
menikung dengan kecepatan 65 mil perjam, tiba-tiba sebuah truk besar dari arah
yang berlawanan sudah berada tepat didepannya. Seketika, untuk menyelamatkan
nyawanya, ia memiringkan motornya kebawah dan meluncur dengan gesekan
menyakitkan yang terasa lama sekali. Namun dalam usahanya mengurangi kecepatan
itu, ia malah terperosok kebawah truk. Tutup tangki truk besar itu terlempar
dan hal terburuk pun terjadi. Bahan bakar mengalir keluar dan meledak.
Beruntung berkat pertolongan seorang pengendara mobil yang kebetulan lewat, ia
dibawa kerumah sakit.
Waktu ia sadar kembali, ia sudah terbaring dirumah sakit
dengan nyeri yang amat sangat, tak mampu bergerak dan sesak bernapas. Tiga
perempat tubuhnya mengalami luka bakar tingkat tiga yang sangat parah. Selama
empat bulan berikutnya, ia mendapatkan 13 kali transfusi, 16 kali cangkok
kulit, dan berbagai macam operasi lainnya. Ketika akhirnya ia diperbolehkan
pulang oleh dokter dan sedang menyusuri jalan raya sambil menikmati udara
segar, ia melewati sebuah halaman sekolah. Anak-anak berhenti dan memandangi
wajahnya. “Hai teman-teman, kesini, ada monster!” teriak salah seorang anak.
Meskipun ia merasa sangat tersinggung bila orang-orang
menanggapi keadaannya dengan kasar, beruntung ia masih mendapatkan kasih dan
penghiburan dari sahabat-sahabat dan keluarganya juga dari ketegaran hatinya.
Ia tahu bahwa ia tidak usah menanggapi pandangan masyarakat bahwa ia harus
berwajah tampan dan sehat supaya dapat berbahagia. Ia mengendalikan “hidupnya”
dan itulah perasaan bahagia dan sedihnya. Daripada menganggap keadaan ini
sebagai suatu kemunduran, tapi ia memilih melihatnya sebagai titik awal. Titik
awal untuk memulai hidup lagi.
Dan sesuatu yang luar biasa pun terjadi, dalam waktu enam
bulan setelah kecelakaan itu, ia sudah meneruskan hobinya, menerbangkan
pesawat. Ia pindah ke Colorado dan bersama dua orang sahabatnya, mendirikan
Vermon Casting Inc. Sebagai direktur, ia membangun perusahaan kecil pembuat
tungku kayu yang menjadi perusahaan dengan jumlah pekerja kedua terbesar di
Vermont. Kekayaannya meningkat hingga mencapai 3 juta dollar. Ia memiliki
sebuah rumah bergaya Victoria di Vermont, pesawat terbang pribadi, perusahaan
real estat, sebuah bar dan dikagumi banyak orang. Ia berada datas puncak
kejayaan sekali lagi.
Kemudian datanglah bencana kedua. 11 November 1975, tepatnya
empat tahun setelah kecelakaan yang pertama, Mitchell bersama empat orang
penumpang lainnya yang akan tinggal landas menggunakan pesawat Cessna mengalami
kecelakaan. Pesawat yang dikemudikan Mittchell menabrak landasan pacu saat
lepas landas, menghantam dua belas tulang belakangnya yang berhubungan dengan
rongga dada dan membuatnya lumpuh secara permananen dari pinggang kebawah.
Sekali lagi Mitchell harus menelan kenyataan yang sangat menyakitkan.
Meski ia adalah seorang optimis, ia mulai mengalami saat-saat
gelap. Ia bertanya-tanya mengapa semuanya harus terjadi padanya. Ia menayakan
keadilan Tuhan. “Aku bertanya-tanya, kenapa aku mengalami ini. Apa yang telah
kulakukan sehingga aku tertimpa semua ini?” Tapi untunglah Mitchell masih
mempunyai keyakinan mendalam bahwa ia dapat menciptakan realitanya sendiri.
“Aku harus bertanggung jawab terhadap hidupku sendiri,” katanya. “Bagaimanapun
ini adalah masa suka dan masa duka yang harus kutanggung. Aku dapat memilih
untuk memandangnya sebagai suatu kemunduran atau sebagai titik awal.”
Akhirnya, dengan memusatkan perhatian pada “apa saja yang
dapat dilakukannya”, dan bukannya pada “apa saja yang tidak dapat
dilakukannya”. Mitchell yang terus berusaha siang malam untuk meraih kembali
sebanyak mungkin kemandiriannya kembali. Setelah kejadian itu, terpilih sebagai
Walikota Crested Butte, Colorado. Bahkan untuk dua kali masa bakti.
Mitchell kemudian mencalonkan diri untuk duduk di Kongres,
mengubah penampilannya yang ganjil menjadi suatu aset dengan slogan-slogan
seperti “Bukan sekedar wajah yang bagus.” Terlepas dari rupanya yang mula-mula
amat mengejutkan orang berikut hambatan-hambatan fisiknya, Mitchell mulai
kembali memiliki kebahagiaan hidupnya, ia jatuh cinta dan menikah, meraih gelar
master dalam bidang administrasi pemerintahan dan tetap menerbangkan pesawat,
aktif dalam gerakan lingkungan serta ceramah umum.
“Sebelum aku lumpuh, ada sepuluh ribu hal yang dapat
kulakukan,” ujar Mitchell. “Kini tersisa sembilan ribu hal. Aku dapat memilih
untuk terus menerus memikirkan seribu yang hilang dariku atau memusatkan diri
pada sembilan ribu yang tersisa. Aku memberitahu orang-orang lain bahwa aku
mengalami dua kecelakaan besar dalam kehidupanku. Kalau aku saja tak mau
menggunakan kecelakaan itu sebagai alasan untuk menyerah, barangkali sejumlah
pengalaman yang membuat anda surut juga akan dapat ditempatkan didalam suatu
perspektif baru. Anda dapat melangkah kembali, menggunakan sudut pandang yang
lebih luas dan meraih peluang untuk berkata, itu sama sekali bukan persoalan
yang terlalu berarti. Ingat, itu bukanlah yang terjadi pada diri anda, itu
adalah apa yang anda lakukan terhadap hal itu.”
Wisdom:
Ada sesuatu hal yang lucu tentang
hidup, kalau Anda tidak mau menerima apa saja kecuali yang terbaik, Anda akan
sering memperolehnya.
Jangan menyesali keadaan, tetapi
lakukkanlah apa saja yang masih dapat anda lakukan. Percaya, selalu ada hasil
untuk setiap apapun yang telah anda kerjakan.
No comments:
Post a Comment