Saturday, March 31, 2012

W. MITCHEL ''Kulakukan Apa Yang Masih Dapat Aku Lakukan, Bukan Menyesali Keadaan"


W. MITCHEL ‘’Kulakukan Apa Yang Masih Dapat Aku Lakukan, Bukan Menyesali Keadaan”

Hidup bahagia, harta berlimpah, karir cemerlang dan nyaman pastinya adalah harapan dan doa setiap ingin kita miliki. Namun, bagaimana jika yang terjadi adalah sebaliknya. Bagaimana jika kita memiliki harta yang berlimpah, karir yang cemerlang dan mendapatkan banyak kenyamanan tetapi tidak aman dari bahaya, tidak aman dari kejadian-kejadian yang akan membuat akan keadaan kita menjadi sesak, sukacita kiat hilang dan masa depanterlihat suram. Bagaimana seandainya jika saat karir kita sudah mencapai pencapaian yang luar biasa, tiba-tiba kita harus menerima kenyataan yang pahit. Sebuah kecelakaan yang tak terhindar menimpa diri kita. Bukan satu kali tetapi peristiwa itu terulang untuk kali yang kedua dan selalu pada saat kita sudah berhasil mencapai sesuatu yang luar biasa dalam hidup kita.
Lalu, dapatkah anda membayangkan diri sendiri dari seorang yang hancur menjadi seorang milyuner, pembicara yang disegani, pengantin baru yang berbahagia sekaligus penguasaha yang sukses? Dapatkah anda melihat diri anda sendiri memiliki pesawat pribadi? Mencalonkan diri untuk jabatan politik?
W. Mitchell telah menjalani semua hal tersebut dan lebih banyak hal lagi setelah mengalami dua kecelakaan buruk yang membuat wajahnya tak lebih dari tambalan cangkokan kulit, kedua tangannya kehilangan jari-jarinya, kedua belah kakinya menjadi kecil dan untuk seumur hidupnya dia harus bergantung pada kursi roda.
Hari itu pada tanggal 19 Juni 1971, W. Mitchel memulai harinya dalam suasana hati yang gembira. Ia berkendara menaiki sepeda motor barunya menuju ketempat ia bekerja di San Fransisco. Usianya 28 tahun, tampan, sehat dan disukai banyak orang.
Pada persimpangan Twnty-sixth dengan South Van Nees, ketika menikung dengan kecepatan 65 mil perjam, tiba-tiba sebuah truk besar dari arah yang berlawanan sudah berada tepat didepannya. Seketika, untuk menyelamatkan nyawanya, ia memiringkan motornya kebawah dan meluncur dengan gesekan menyakitkan yang terasa lama sekali. Namun dalam usahanya mengurangi kecepatan itu, ia malah terperosok kebawah truk. Tutup tangki truk besar itu terlempar dan hal terburuk pun terjadi. Bahan bakar mengalir keluar dan meledak. Beruntung berkat pertolongan seorang pengendara mobil yang kebetulan lewat, ia dibawa kerumah sakit. 
Waktu ia sadar kembali, ia sudah terbaring dirumah sakit dengan nyeri yang amat sangat, tak mampu bergerak dan sesak bernapas. Tiga perempat tubuhnya mengalami luka bakar tingkat tiga yang sangat parah. Selama empat bulan berikutnya, ia mendapatkan 13 kali transfusi, 16 kali cangkok kulit, dan berbagai macam operasi lainnya. Ketika akhirnya ia diperbolehkan pulang oleh dokter dan sedang menyusuri jalan raya sambil menikmati udara segar, ia melewati sebuah halaman sekolah. Anak-anak berhenti dan memandangi wajahnya. “Hai teman-teman, kesini, ada monster!” teriak salah seorang anak.
Meskipun ia merasa sangat tersinggung bila orang-orang menanggapi keadaannya dengan kasar, beruntung ia masih mendapatkan kasih dan penghiburan dari sahabat-sahabat dan keluarganya juga dari ketegaran hatinya. Ia tahu bahwa ia tidak usah menanggapi pandangan masyarakat bahwa ia harus berwajah tampan dan sehat supaya dapat berbahagia. Ia mengendalikan “hidupnya” dan itulah perasaan bahagia dan sedihnya. Daripada menganggap keadaan ini sebagai suatu kemunduran, tapi ia memilih melihatnya sebagai titik awal. Titik awal untuk memulai hidup lagi.
Dan sesuatu yang luar biasa pun terjadi, dalam waktu enam bulan setelah kecelakaan itu, ia sudah meneruskan hobinya, menerbangkan pesawat. Ia pindah ke Colorado dan bersama dua orang sahabatnya, mendirikan Vermon Casting Inc. Sebagai direktur, ia membangun perusahaan kecil pembuat tungku kayu yang menjadi perusahaan dengan jumlah pekerja kedua terbesar di Vermont. Kekayaannya meningkat hingga mencapai 3 juta dollar. Ia memiliki sebuah rumah bergaya Victoria di Vermont, pesawat terbang pribadi, perusahaan real estat, sebuah bar dan dikagumi banyak orang. Ia berada datas puncak kejayaan sekali lagi.
Kemudian datanglah bencana kedua. 11 November 1975, tepatnya empat tahun setelah kecelakaan yang pertama, Mitchell bersama empat orang penumpang lainnya yang akan tinggal landas menggunakan pesawat Cessna mengalami kecelakaan. Pesawat yang dikemudikan Mittchell menabrak landasan pacu saat lepas landas, menghantam dua belas tulang belakangnya yang berhubungan dengan rongga dada dan membuatnya lumpuh secara permananen dari pinggang kebawah. Sekali lagi Mitchell harus menelan kenyataan yang sangat menyakitkan.
Meski ia adalah seorang optimis, ia mulai mengalami saat-saat gelap. Ia bertanya-tanya mengapa semuanya harus terjadi padanya. Ia menayakan keadilan Tuhan. “Aku bertanya-tanya, kenapa aku mengalami ini. Apa yang telah kulakukan sehingga aku tertimpa semua ini?” Tapi untunglah Mitchell masih mempunyai keyakinan mendalam bahwa ia dapat menciptakan realitanya sendiri. “Aku harus bertanggung jawab terhadap hidupku sendiri,” katanya. “Bagaimanapun ini adalah masa suka dan masa duka yang harus kutanggung. Aku dapat memilih untuk memandangnya sebagai suatu kemunduran atau sebagai titik awal.”
Akhirnya, dengan memusatkan perhatian pada “apa saja yang dapat dilakukannya”, dan bukannya pada “apa saja yang tidak dapat dilakukannya”. Mitchell yang terus berusaha siang malam untuk meraih kembali sebanyak mungkin kemandiriannya kembali. Setelah kejadian itu, terpilih sebagai Walikota Crested Butte, Colorado. Bahkan untuk dua kali masa bakti.
Mitchell kemudian mencalonkan diri untuk duduk di Kongres, mengubah penampilannya yang ganjil menjadi suatu aset dengan slogan-slogan seperti “Bukan sekedar wajah yang bagus.” Terlepas dari rupanya yang mula-mula amat mengejutkan orang berikut hambatan-hambatan fisiknya, Mitchell mulai kembali memiliki kebahagiaan hidupnya, ia jatuh cinta dan menikah, meraih gelar master dalam bidang administrasi pemerintahan dan tetap menerbangkan pesawat, aktif dalam gerakan lingkungan serta ceramah umum.
“Sebelum aku lumpuh, ada sepuluh ribu hal yang dapat kulakukan,” ujar Mitchell. “Kini tersisa sembilan ribu hal. Aku dapat memilih untuk terus menerus memikirkan seribu yang hilang dariku atau memusatkan diri pada sembilan ribu yang tersisa. Aku memberitahu orang-orang lain bahwa aku mengalami dua kecelakaan besar dalam kehidupanku. Kalau aku saja tak mau menggunakan kecelakaan itu sebagai alasan untuk menyerah, barangkali sejumlah pengalaman yang membuat anda surut juga akan dapat ditempatkan didalam suatu perspektif baru. Anda dapat melangkah kembali, menggunakan sudut pandang yang lebih luas dan meraih peluang untuk berkata, itu sama sekali bukan persoalan yang terlalu berarti. Ingat, itu bukanlah yang terjadi pada diri anda, itu adalah apa yang anda lakukan terhadap hal itu.”        
 Wisdom:
Ada sesuatu hal yang lucu tentang hidup, kalau Anda tidak mau menerima apa saja kecuali yang terbaik, Anda akan sering memperolehnya.
Jangan menyesali keadaan, tetapi lakukkanlah apa saja yang masih dapat anda lakukan. Percaya, selalu ada hasil untuk setiap apapun yang telah anda kerjakan.

No comments:

Post a Comment